Fransiska J. Angeli*
Malam ini aku mengerjakan tugas Sekolah yang telah kubiarkan menumpuk selama berhari-hari. Karena tugas-tugas ini akan dikumpulkan besok, jadi aku harus ngebut kerjanya biar bisa kumpul tepat waktu.
Aku memulainya dengan tugas Matematika terlebih dahulu, mumpung masih semangat untuk memusingkan diri dengan angka-anh yang njelimet.
Setelah satu jam berlalu, akhirnya tugas Matematika yang super rumit ini dapat ku selesaikan, meski dengan jawaban yang penuh misteri akibat dari penggunaan trik abal-abalan.
Aku pun bangkit dari tempat duduk, berjalan menuju dapur untuk membasahi tenggorokan ku yang kering sedari tadi. Membuka kulkas dan mengambil sebotol Fanta yang begitu segar.
Sembari berjalan kembali menuju kamar, ku teguk sebotol minuman itu dengan perlahan, menikmati sensasi dingin dan menyegarkan tenggorokan ku.
Kamarku ada di ujung lorong apartemen ini.
Jadi, untuk sampai ke situ aku harus melewati lorong panjang yang mendadak gelap.
Mungkin listriknya lagi bermasalah atau apa gitu, bodoh amat juga. Aku tetap menelusuri lorong itu dengan pelan dan tanganku meraba dinding sebagai alternatif penuntun jalanku.
Tanganku terus meraba dinding sepanjang lorong, hingga tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang memegang kakiku, dan itu terasa dingin. Saat ku melihat sekeliling, tampak biasa saja. Tidak ada yang aneh.
Aku pun melanjutkan langkah dan sekali lagi, aku kaget, rasanya ada sesuatu yang dingin memegang kaki ku.
Bulu remang ku mulai berdiri, seperti ada makhluk halus di sekitarku. Aku menengok lagi kebawah, namun tetap sama, tidak ada yang aneh.
Eits,, namun, di sampingku kek ada sesuatu. Aku perlahan menoleh dan benar saja ada mbak kun kun yang lagi main sampe-sampe rambutnya menjuntai di lantai.
Sejujurnya aku sedikit ngeri ketika melihat hantu cewek ini menyeringai ke arah diriku dengan mulut penuh darah berbau busuk.
Tapi kan aku bilang aku hanya sedikit ngeri bukan seratus persen. So, jangan pernah berpikir kalau aku itu penakut.
Awalnya aku ingin bermain dengannya, hanya saja masih ada banyak tugas yang belum aku selesaikan.
Ya sudah lah aku tetap berjalan menuju kamar dan bermaksud menyelesaikan tugasku.
Setelah beberapa langkah dari hadapan mbak kun kun alias kuntilanak, akhirnya aku tiba di kamarku.
Huh… Masih banyak tugas yang belum beres.
Aku kembali duduk di meja belajarku dan melanjutkan untuk menyelesaikan tugasku yang ke berikutnya.
Sedang pusing-pusingnya menyelesaikan tugas, eh.. Mbak kun kun malah muncul. Sepertinya dia minta di jahilin. Ya udah, gas lah yok. Toh dia sendiri yang mulai duluan ngejahilin aku.
” Gak ada kerjaan lo ya?? Malem- malem gini lo gangguin orang. Pergi tidur sana. ” Aku mulai dengan permainanku
Hantu itu tak bergerak sama sekali,
” Ekh.. Kok gak gerak sih lo.
Kek setan aja lo?? ” Dengan keisengan tingkat dewa aku bertanya padanya.
” Emang aku setan. Dan aku bisa gerak. ” Tiba-tiba mbak kunti nyahut.
Aku tersenyum licik.
” Hm.. Udah tau.”
” Lah.. Terus kenapa tadi nanya. ” Kata mbak kunti.
Sepertinya dia ini waktu hidup orang yang gampang di ajak bicara, buktinya meski udah jadi hantu pun masih asik diajak ngobrol.
” Gak sih. Heran aja gue sama lo. dari tadi diem mulu gak gerak-gerak. Jangan-jangan lo gak bisa gerak ya.. bisanya berdiri doang kek tiang. Hahahaha.. ”
Aku mengejek mbak kunti.
Seru juga sih ngetawain hantu kek gini, kan biasanya kuntinya yang suka ketawa.
“Enak aja. Aku bisa gerak kok..
bahkan ngedance pun aku bisa. ”
Katanya berbangga diri.
” Masa sih.. Gak percaya gue.” Ujarku
” I don’t care. ” Tukasnya alai..
Wah.. Pinter juga nih setan. Tapi gak akan melampaui kemampuan ku.
” Ok. Gini deh..
Coba lo ngedance pake dj gento. Kalau lo bisa,
gue akan percaya sama kemampuan lo.” Aku memancingnya sembari menahan tawa.
” Dihh.. Itu mah gampang. Waktu gue masih hidup, gue juga udah lihat orang-orang yang ngedance pake dj gento. ” Jawabnya
” Baiklah.. aku akan memutarkan musiknya, dan kamu ngedance. Ok? ” Aku tersenyum bahagia karena berhasil ngibulin hantu.
Ku putar musiknya, dan wow… dia benar-benar benar melakukannya.
Aku bertepuk tangan mengiringi gerakan alai nya itu dan tawa ku meledak ketika melihat mbak kuntil memegang pinggangnya dan meringis kesakitan.
*****
“Hei kun-kun, aku ingin mengajarkan mu kata-kata yang keren. Bagaimana pendapatmu? ”
Tiba-tiba saja terlintas ide menarik dipikiranku. Mengajarkan hantu untuk berbicara savage, itu sangat menyenangkan.
” Aku tidak mau. ” Ucapnya, sepertinya dia meragukanku. Mungkin dia kapok kali ya, dijahilin sama aku, tapi aku tidak peduli. Itu urusannya dan sekarang dia harus mau mendengarkan ku.
” Kenapa? ”
“Lo adalah manusia terjahil sedunia, and me… selalu lu jadiin korban. So,, gue gak mau dengerin lo lagi. ” Jelasnya panjang lebar tapi gak pake tinggi.
” Tapi tidak untuk kali ini. Karena kali ini yang jadi korbannya adalah musuh-musuh mu. ”
Aku harus meyakinkan si mbak kunti
” Misalnya Mawar dan kawan-kawannya yang gatel ini. ” biar misi berjalan lancar aku menunjukan foto sekelompok orang yang di benci oleh mbak kunti.
Dan…. Sepertinya ini berhasil.
” Lo ada benernya juga, gue akan belajar kata-kata keren ala manusia terjahil di dunia. ” Ujarnya dengan suara seraknya.
Manusia terjahil sedunia??…
Wow.. Cukup menyebalkan kunti satu ini.
” Baiklah, mari kita mulai. ”
” Ok.. I siappp. ”
” Semangat amat lo. ”
” Udah.. Cepet ajarin gue. ”
Dia nyeremin juga kalo lagi menyeringai kek gini.
” Galak amat lo jadi kunti. Halus dikit napa. ”
” Cepetan setan. ”
” Loh..loh.. loh… ngaca lo, ngaca. Yang setan tuh gue apa elo. ”
” Percuma ngaca , karena gak bakal ada bayangan gue di cermin tolol.”
” Isss… sudahlah lo mau gue ajarin apa gak nih.” Aku harus tetap menjalankan misi, meski aku ingin menghajarnya.
” Iyaaaaaa. ”
Jantungku hampir copot. Habisnya dia sangat menyeramkan kali ini, sangat berbeda dari sebelumnya. Mungkin, lagi banyak beban kali ya?
” Kalau bosan hidup, bunuh diri sana! gak usah lo cari masalah sama gue. Itu adalah yang pertama. Apa kau mengerti?
” Lo nyuruh gue bunuh diri? ”
Tanyanya marah.
” Gak gitu monyet.. Itu tu kata-kata buat musuh lo. Gimana sih. ” Aku mulai kesal dengannya.
” Trus?? ”
” Kalau mereka bilang sama lo… Pergi.. pergi.. gue gak mau lihat wajah lo.” Ujarku berlahan, sambil mempraktikkan gerakan ala kunti.
” Lo bilang kek gini… Gue gak mau pergi,, kalo lo gak mau lihat wajah gue.. Lo congkel ajah tu mata. Biar buta sekalian. ” Lanjutku.
” Kalo mereka gak mau? ” Tanyanya.
Dia benar-benar tolol.
” Ya udah.. Lo pergi ajah. Karena memang lo yang harus mengalah.. ”
” Loh. Kok jadi gue? ”
” Iya lah… Lo kan kunti,” Waktunya balas dendam.
Habisnya di bilang aku manusia terjahil kan.
” Jahat amat lo sama gue,, gue gak nyangka lo begini.”
” Maaf.” Ucapku spontan. ” Sebagai tanda permintaan maaf gue… Nih buat lo,, ini enak tau. ” Aku memasang wajah memelas.
” Baiklah. lo selamat kali ini. Tapi,, awas aja kalo lo ngejahilin gue lagi. ” Dia sepertinya mau memaafkan ku. Wajah hancurnya kali ini di tunjukan olehnya.
” Hmmm.. Aku janji,, tidak akan jahil kali ini.”
Sebenarnya ini adalah inti dari acara malam ini. Meski menyeramkan.. tapi sebenarnya dia mudah ditipu.
” Ayo makan. ”
” Baiklah. ”
Dia memakannya dengan mulut sobeknya dan…
Argh… Pedas.. pedas… Berikan aku air.
Hahahahahaha….. Sukurin lo…
“Lagian sih lo ngatain gue tolol.”
Aku terus menertawakan dia.
Pedas…. Pedas…
Suara itu perlahan menghilang mengiringi mbak kunti yang menghilang.
Huh….
Makanya jangan ngatain gue, kena kan loh
Hahaha….
Byurrr….
” Huek.. Huek.. ” Sesuatu membasahi wajahku.,dan ini sangat menjijikan.
“Kenapa lo nyiramin gue pke air got gini sih. akh… Awas ajah, lo kunti jelek. ”
” Kau yang mulai duluan. ” Ujarnya sembari tertawa dan kemudian menghilang.
Sungguh menyebalkan,, dia membalas ku.
******
“Luluh lantah, semuanya hancur seketika.
Hubungan yang telah dibangun selama bertahun-tahun lamanya kini hilang sekejap.
Hanya butuh waktu sedetik semuanya sirna.
Hebat bukan?,, berapa cepatnya dia merusak semuanya. ”
Tap…. dia menutup buku diaryku, senyum semirik terbit dari bibir pucat itu. Doyan sekali dia membaca diary ku. Huh… dasar kepo.
* * * * * *
Malam ini cukup sunyi, sahabatku yang satu itu tak kunjung muncul. Tak biasanya seperti ini. Atau jangan-jangan dia lagi caper sama buaya darat versi alam baka.
” I’m coming, ”
” Wuahh. Ngagetin ajah lo.” Kemunculannya yang tiba-tiba ini membuat jantungku hampir lari dari kediamannya. ” Huh.. Lo tau gak. gue hampir metong gara-gara lo. ”
” Ya elah gitu doang. ” Sahutnya enteng tanpa rasa salah sedikitpun.
” Gilak lo. Hal itupun lo anggap enteng.” Kesel amat aku sama respon entengnya itu.
” Idih.. Lebay amat lo. Gue muncul lo kaget.. bagaimana kalo gue nyanyiin lagu nina bobok ye? Kira-kira reaksi lo sama gak ya sama mantan lo itu. ”
” Ehh… Tunggu-tunggu. Mantan gue lo apain njir? ” Kaget sama apa yang barusan dia katakan ” Jangan bilang lo kerjain lagi. Wah.. Gilak lo ye.. Ntar tu orang metong gimana? ”
” Ya biarin ajah. Lagian kan dia udah nyakitin lo. Jadi, sebagai sahabat lo,, gue gak terimalah. Dan… gue kerjain deh. ”
” Ya ampun. ”
” Kenapa? ”
” Akh udah lah. Terserah lo aja, yang penting lo udah ada disini. Jadi, gue gak sendirian deh. ”
” Hmmm. ”
” Eh. Mantan gue lo apain aja tadi? Penasaran gue. ”
” Gak gue apa- apain sih.. Cuman nyanyiin nina bobok, trus banjirin kamarnya dengan da*ah plus… Rambutnya gue jambak. Itu aja sih.. Gak ekstrem-ekstrem amat. ”
” Oh my gosh… Mampus. Trus reaksinya kek gimana? ”
” Ya.. Ya.. Ya.. Palingan dia stres dan…. sekarang mungkin udah gantung diri deh. ”
” What?? Kejam amat lo. Sampe dia gantung diri kek gitu. ”
” Idihh.. najis lo. Kan gue bilang mungkin. kan bisa terjadi atau gak. Kan kan kan? ”
” Ya tetep ajh.. ”
” Stop that. ”
Belum sempat selesai bicara dia udah motong duluan.
” Jangan sok care deh lo. seharusnya lo tuh seneng yah.. Karena kan gue udah kasi pelajaran buat tuh orang.”
Sepertinya definisi sahabat saling melindungi diartikan salah deh sama dia. Masa… Mantan aku dia kerjain sampe stres kek gitu.
Gila emang.
******
Setiap hari yang ku lalui dengannya itu sangat menyenangkan, meski LDR…
” Lo tau LDR? ”
Tanyaku pada sahabat beda alam, sedari tadi duduk disamping ku.
” Lalu Di Rampas? ” Jawabnya singkat.
” Sembarangan lo, ” Heran sama jawabannya “LDR tu,, kependekan dari Long Distance Relationship. Bukan seperti yang lo bilang. ”
Lanjutku.
“Tapi kalo dipikir- pikir, lo benar juga. Sekarang dia bukan milik gue, dia sudah dirampas sama hati yang lain.”
” Nah,, benerkan. Itu buaya darat udah pindah habitat. ”
” Yah.. Tapi lo kepikir gak sih,, buat gue buka peternakan buaya.” Tak bisa dipungkiri, jiwa playgirl ku mulai berulah. Setelah di campak begini lebih menyenangkan jika bermain dengan para buaya.
” Hm,, tapi jangan sampai lo di cincang sama buayanya.” Dia terlihat khawatir.
” Kan ada elu yang akan lindugin gue.”
” Huh,, apakah aku harus terlibat dalam permainan sialan lo itu, ”
” Harus dong, entar kalo para buaya mau nyerang gue,, lo muncul dan tunjukan jati diri lo sebagai kunti terseram.”
” Lo benar-benar gila ya. Dari dulu sampe sekarang sama aja kelakuannya. ”
” Iya mbak kunti yang nyeremin. ”
” What?? Lo bilang gue serem? Jahat amat lo sama gue. ”
” Becanda doang, lo tuh cantik. Hanya saja kalo gue lagi dalam bahaya lo bantuin gue, pasang tuh wajah ala- ala kunti lo,, biar semua kapok gangguin gue. ”
Aku harus menjaga kedamaian ini, jangan sampai dia ngambek.
” Baiklah aku paham. Tapi, aku cantik kan?”
” Iya,, lo tuh cantik bak bidadari. ”
” Yeyyy… akhirnya ada juga yang mengakui kalo gue itu sebenarnya cantik. ”
” Hadeuh,,gini nih kalo semasa hidupnya gak ada yang muji.”
” Udah… Stop. Gue mau cabut sekarang. ”
” Kemana lo? ”
” Ke tempat para pangeran surga. ”
Udah mati juga, masih aja caper. Dasar kunti genit.
” Ok… Tapi inget lo tu sahabat gue,, dan jangan lupa latihan dulu sebelum beraksi. Gue gak mau kalo lu sibuk sama pangeran atau apapun itu, dan lo lupa buat lindungin gue. ”
” Hmmm. ”
Dia adalah sahabatku, jadi selamanya dia milikku. Tak peduli dengan pangeran konyolnya itu.
” Iya.. Honey. ” Jawabannya lembut, persis waktu dia masih hidup dulu.
” Ok. Hati-hati. ”
” Hmmm. ”
Kehilangan pacar, itu hal biasa. Tapi kehilangan sahabat itu tak bisa. Dia akan menjadi orang yang aku sayangi, meski sekarang kita beda dunia.
Dan,, hari ini peternakan buaya di buka.
Mati satu tumbuh seribu..
Hahahhaa,,,***
*Tentang Penulis: Fransiska Juita Angeli, seorang mahasiswi yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Universitas Katolik Indonesia, mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pendidikan formal saya dimulai di SD Benteng Deda, dilanjutkan di SMP Negeri 3 dan SMA Negeri 3 yang berlokasi di Kecamatan Macang Pacar. Saya selalu berusaha untuk mencapai tujuan dan mimpi saya dalam bidang Bahasa dan Sastra Indonesia dengan semangat dan dedikasi yang tinggi.
Tinggalkan Komentar