Oleh: Konstan Aman
Pada dasarnya kreativitas merupakan esensi dari pendidikan. Menemukan kreativitas dalam diri peserta didik merupakan inti dari keseluruhan proses pembelajaran di sekolah.
Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Ken Robinson salah satu guru dan pemikir di bidang pendidikan yakni kreativitas merupakan kecerdasan tertinggi manusia.
Ia lahir berdasarkan keunikan yang dimiliki oleh manusia dengan kecerdasannya masing-masing. Dan sekolah merupakan tempat yang strategis untuk menumbuhkembangkan hal tersebut.
Salah satu bentuk atau wujud dari upaya menumbuhkan kreativitas tersebut khususnya dalam diri siswa dalam konteks SMAN 3 Macang Pacar ialah melalui praktek pembuatan ‘beka‘.
Istilah ‘beka’ dalam dialek Rego-Manggarai (NTT) artinya keranjang atau bakul.
Praktek pembuatan ‘beka’ tersebut merupakan salah satu bagian dari penerapan atau praktik dari pelajaran Seni Budaya di sekolah melalui tema tentang seni kriya.
Sebagaimana yang dituturkan oleh Ibu Yanti Jula selaku guru pengampu mapel tersebut, secara singkat mengungkapkan bahwa, seni kriya merupakan seni tentang kerajinan tangan.
Melalui topik ini, siswa khususnya kelas XI semua jurusan (IPA, IPS dan Bahasa) diarahkan untuk memahami secara mendalam terkait semua jenis kerajinan tangan beserta dengan nilainya masing-masing. Baik itu secara estetis, sosial, ekonomis dan lain sebagainya.
Dengan demikian, melalui pembuatan ‘beka‘, secara tidak langsung siswa dituntun untuk mengembangkan pengetahuan mereka khususnya tentang seni kerajinan tangan dalam sebuah aksi nyata.
Siswa dituntut untuk menerapkan teori yang telah dikupas secara formal di dalam kelas sesuai dengan konteks di lapangan.
Dalam hal ini, tugas mereka selanjutnya adalah mengembangkan teori yang ada tersebut secara mandiri dengan berguru secara langsung kepada warga masyarakat sekitar, khususnya yang memiliki keahlian dalam bidang kerajinan tangan khususnya dalam hal pembuatan keranjang atau ‘beka’.
Mereka memilih untuk membuat ‘beka’ tersebab ‘beka’ merupakan salah satu barang yang sangat identik dengan kehidupan masyarakat lokal (Manggarai) pada umumnya yakni untuk memanen hasil di kebun seperti: jagung, padi, kemiri, kakao dan lain sebagainya. Hal ini mengandaikan bahwa sebagian besar masyarakat lokal adalah petani tradisional di mana ‘beka’ merupakan salah satu bagian dari keseharian masyarakat dalam berkebun atau bertani.
Melalui proses kerajinan tangan ini, siswa pun termotivasi untuk terus-menerus belajar. Mereka tidak hanya puas dengan teori-teori yang dibahas secara bersama dengan bapak dan ibu guru di dalam kelas melainkan juga diimbangi dengan praktik atau aksi nyata bersama dengan masyarakat sekitar.
Oleh karena itu, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ken Robinson di awal tadi, bahwa kreativitas merupakan kecerdasan tertinggi manusia, telah secara nyata dialami oleh siswa-siswi kelas XI SMAN 3 Macang Pacar melalui praktik pembuatan keranjang atau ‘beka’.
Tinggalkan Komentar