Petuah Mimpi

Petuah Mimpi

Maria Y. Nanung)*

Ketika Adara bangun, ia merasa ada sesuatu yang terjadi pada dirinya. seolah-olah dirinya sedang berada dalam sebuah kegelapan.

Ia pun segera beranjak dari tempat tidurnya dan menyadari ternyata semalam ia bermimpi buruk, hingga membuatnya tak tenang.

***

Suatu hari tepatnya pada hari Sabtu, seperti biasa Adara berangkat ke sekolah lebih awal.

Sesampainya di sekolah, ternyata Gibran sahabatnya sudah lama menunggu kedatangan nya.

“Ra ada sesuatu hal yang ingin aku ceritakan padamu?”, Sahut Gibran tiba-tiba.

Adara yang sedikit kaget langsung menoleh dan menatap ke arah Gibran. “Iya Gib,,,ceritakan apa yang ingin kamu ceritakan ke saya”. pinta Adara.

Gibran pun seketika mematung ketika mendengar balasan Adara hingga  membuat Adara bingung seketika.

“Gibb…Gibb… Gibrannn..”, sambil memukul pundak Gibran hingga membuatnya kembali sadar dan melanjutkan pembicaraan.

“Dar,,, semalam aku mimpi buruk tentangmu, aku takut jika ada sesuatu terjadi padamu?”. Ucap Gibran dengan nada sedikit panik.

Mendengar ucapan itu membuat Adara kembali dihantui oleh mimpinya sendiri. Adara pun mulai dilanda rasa takut. Seketika itu ia pun menangis.

Melihat hal itu, Gibran pun turut sedih, lalu berupaya menenangkan Adara dan mengiklaskan bahunya untuk menjadi sandaran Adara.

“Gib, sebenarnya aku juga punya mimpi yang menakutkan. Aku takut, kalau saja sesuatu akan terjadi pada diriku nanti?” Isak Adara sambil menyeka air matanya pada bahu Gibran.

Gibran memeluk Adara dan berupaya untuk menenangkan pikiran Adara.

“Dar, mungkin itu hanya sekedar bunga tidur, satu hal yang mesti kamu tau bahwa kamu tidak boleh kalah dari mimpimu. aku yakin kamu pasti bisa melewati ini semua dengan baik”. Nasehat Gibran sekedar untuk menenangkan pikiran Adara.

Adara pun mulai merasa tenang.

“Gib,aku tidak tau seperti apa hidupku nanti, tapi yang pasti aku bahagia bisa mengenalmu, semoga motivasimu bisa membawaku ke langkah yang lebih baik”. sahut Adara dengan perasaan lega.

Waktu pun terus berpacu. Tanpa disadari satu jam pelajaran terlewat begitu saja.

Ketika jam istirahat tiba, Adara langsung bergegas ke luar ruangan. Sekedar untuk menenangkan pikiran yang masih diselimuti oleh mimpi buruknya.

Pipit teman kelas mereka tiba-tiba muncul di antara mereka.

Ia menghampiri Adara yang sedang duduk di depan kelas. Rupanya ia hendak menyampaikan sebuah kabar buruk kepadanya.

“Adara, kamu tau nggak, semua guru yang ada di sekolah ini menceritakan namamu. sebab kata meraka kamu telah melakukan hal yang tidak baik di sekolah ini?”. Begitu saja informasi itu menyusup ke telinga Adara, hingga membuatnya semakin bingung, takut dan semakin tidak nyaman.

“Oh Tuhan, cobaan apa lagi ini?, ataukah mimpi itu sungguh menjadi kenyataan. Apa kesalahan saya sesungguhnya. Padahal saya telah berupaya untuk menyenangkan semua orang”. Batin Adara bergejolak.

Di tengah perasaan yang berkecamuk itu, Adara teringat akan sebuah pesan dari buku yang pernah ia baca yakni:

Pilihan yang baik, bukan yang menyenangkan. Karena yang baik belum tentu menyenangkan,dan yang menyenangkan belum tentu baik. Yang sering kali terjadi justru baik itu tidak menyenangkan dan yang tidak baik menyenangkan.

Akhirnya ia tahu, mimpinya tidak hanya sekedar bunga tidur semata. Itu mungkin saja anggapan klasik. Baginya, mimpi merupakan jembatan yang paling abstrak untuk ditempuh.

)* Maria Y. Nanung, adalah siswi kelas XII Bahasa SMA Negeri 3 Macang Pacar, Manggarai Barat